Senin, 05 Maret 2012

wahyu


BAB 1
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Wahyu adalah merupakan pembahasan yang sangat penting untuk dibahas, sehingga terbukti pada masa ke kinian banyak yang membahas dan mengkaji perrsoalan wahyu tersebut, baik dari kalangan ulama klasik, bahkan ulama modern kontemporer.
              Disisi lain,  penurunan wahyu dengan melalui berbagai cara dan tahapan ternyata memiliki urgensi dan signifikansinya sendiri, bukan sekedar menunjukkan kemukjizatan sastrawi kalam ilahi, melainkan sebuah rahmat ketuhanan yang diberikan-Nya kepada ummat manusia, khususnya ummat islam.
              Namun demikian, sebagai upaya mendapatkan rahmat ketuhanan tadi, perlu kiranya ditelusuri masalah pokok dan mendasar yang terkait dengan wahyu Tuhan ini. Karena itulah kami menjadikan wacana ‘Ulu>m al-Qur’a>n khususnya yang terkait dengan konsep wahyu menjadi fokus kajian dalam makalah ini.
              Oleh karena itu, jika kita mengkaji literatur yang berbicara tentang ‘Ulu>m al-Qur’a>n, khususnya yang terkait dengan konsep wahyu, tentu saja kita akan dapati kata al-wah}y, al-nuzu>l dan al-inza>l telah dijadikan oleh para ulama sebagai istilah khusus untuk melukiskan konsep wahyu dan proses pewahyuan kalam Allah baik pada tahap  komunikasi vertikal maupun horisontal[1] Konsep wahyu ini merupakan tema penting dalam wacana ‘Ulu>m al-Qur’a>n dan hingga kini masih menyisakan banyak ruang bagi pemikiran Kreatif-spekulatif. Pembahasan mengenai konsep wahyu ini tidak pernah berhenti diperdebatkan para ulama sejak dulu hingga saat ini.
              Berbagai  penjelasan mengenai konsep wahyu diatas, maka penulis mengemukakan beberapa permasalahan.
B.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut:
1.    Apa pengertian wahyu?
2.    Bagaimana mengetahui proses turunnya wahyu?
3.    Bagaimana mengetahui konsep wahyu dalam berbagai perspektif?














BAB II
PEMBAHASAN

A.       Defenisi Wahyu
              Wahyu secara etimologi berarti petunjuk yang diberikan dengan cepat. Jika diambil makna wahyu itu dari bentuk masdarnya (infinitif); maka mengandung dua pengertian dasar, yaitu: tersembunyi dan cepat.[2]
S{ubhi S{a>lih} menyatakan bahwa wahyu adalah pemberitahuan yang bersifat gaib, rahasia, dan sangat cepat[3]
Tetapi terkadang juga bahwa yang dimaksudkan adalah al-mu>h}a> yaitu pengertian isim maf‘u>l, yang diwahyukan. Pengertian wahyu dalam arti bahasa meliputi:
1.           Ilham yang sudah merupakan fitrah bagi manusia, sebagaimana wahyu yang diberikan kepada ibu Nabi Musa as. (Q.S. al-Qas}as}. 28/7).
!$uZøŠym÷rr&ur #n<Î) ÏdQé& #ÓyqãB ÷br& ÏmÏèÅÊör& ( #sŒÎ*sù ÏMøÿÅz Ïmøn=tã ÏmŠÉ)ø9r'sù Îû ÉdOuŠø9$# Ÿwur Îû$sƒrB Ÿwur þÎTtøtrB ( $¯RÎ) çnrŠ!#u Å7øs9Î) çnqè=Ïæ%y`ur šÆÏB šúüÎ=yößJø9$# ÇÐÈ
Terjemah:
Dan kami ilhamkan kepada ibunya Musa, "Susuilah Dia (Musa) dan apabila engkau khawatir terhadapnya maka hanyutkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah engkau takut dan janganlah (pula) bersedih hati, sesungguhnya kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya salah seorang dari rasul.[4]
2.           Ilham yang berupa gharizah/insting, sebagaimana wahyu kepada lebah. (Q.S. An-Nahl 16/68).
4ym÷rr&ur y7/u n<Î) È@øtª[$# Èbr& ÉσªB$# z`ÏB ÉA$t6Ågø:$# $Y?qãç/ z`ÏBur ̍yf¤±9$# $£JÏBur tbqä©Ì÷ètƒ ÇÏÑÈ
Terjemah:
Dan Tuhanmu mengilhamkan kepada lebah: "Buatlah sarang di gunung-gunung, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia.[5]
3.           Isyarat yang cepat melalui rumus dan kode, seperti isyarat Zakaria yang diceritakan dalam al-Qur’a>n. (Q.S. Maryam. 19/11).
yltsƒmú 4n?tã ¾ÏmÏBöqs% z`ÏB É>#tósÏJø9$# #Óyr÷rr'sù öNÍköŽs9Î) br& (#qßsÎm7y Zotõ3ç/ $|ϱtãur ÇÊÊÈ
Terjemah :
Maka dia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu dia memberi isyarat kepada mereka; bertasbihlah kamu pada waktu pagi dan petang.[6]
4.         Bisikan dan tipu daya setan untuk menjadikan yang buruk kelihatan     indah dalam diri manusia. (Q.S. al-An‘a>m 6/121).
¨bÎ)ur šúüÏÜ»u¤±9$# tbqãmqãs9 #n<Î) óOÎgͬ!$uÏ9÷rr& öNä.qä9Ï»yfãÏ9
Terjemah :
   Sesungguhnya Setan-setan akan membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu.[7] 
Sedangkan wahyu menurut epistimologi: Ustaz Muh}ammad` Abduh mendefinisikan wahyu didalam Risa>lah al-Tau>hi>d sebagai ’’pengetahuan yang didapati seseorang dari dalam dirinya dengan disertai keyakinan pengetahuan itu datang dari Allah, baik dengan melalui perantara maupun tidak.
B.       Proses turunnya wahyu
a.              Cara wahyu Allah turun kepada Malaikat:
              Di dalam al-Qur-an terdapat nash mengenai kalam Allah kepada para malaikat-Nya. (Q.S. al-Baqarah 2/30).
øøŒÎ)ur tA$s% š/u Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9 ÎoTÎ) ×@Ïã%y` Îû ÇÚöF{$# ZpxÿÎ=yz ( (#þqä9$s% ã@yèøgrBr& $pkŽÏù `tB ßÅ¡øÿム$pkŽÏù à7Ïÿó¡our uä!$tBÏe$!$# ß`øtwUur ßxÎm7|¡çR x8ÏôJpt¿2 â¨Ïds)çRur y7s9 ( tA$s% þÎoTÎ) ãNn=ôãr& $tB Ÿw tbqßJn=÷ès? ÇÌÉÈ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar